I.
PENDAHULUAN
Potensi
Tanaman
Jahe merupakan salah satu tanaman rempah-rempah yang diperdagangkan di
dunia. Jahe diekspor dalam bentuk jahe
segar, jahe kering, jahe segar olahan dam minyak atsiri. Dengan semakin berkembangnya perusahaan jamu
dalam negeri bahkan telah melakukan ekspor kemancanegara maka peluang
pengembangan jahe sebagai salah satu bahan baku pembuatan jamu menjadi sangat
terbuka.
Berdasarkan data stastistik perkebunan
semester I tahun 1999 luas areal penanaman jahe di Kabupaten Sukabumi sebesar
1.176,65 Ha dan umumnya ditanam pada areal perkebunan rakyat.
Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu sentra
produksi jahe di Jawa Barat sebenarnya mempunyai peluang yang cukup besar dalam
pengembangan jahe. Hal ini jika dilihat
dari potensi daerah, penyediaan sarana pertanian dan banyaknya petani yang
secara rutin menanam jahe. Sesuai
dengan kesesuaian lahan dan iklim, banyak tempat di Kabupaten Sukabumi yang
cocok untuk penanaman jahe. Begitu pula
dengan sarana pertanian yang mudah didapatkan dan terutama banyak petani yang
telah berpengalaman dalam perjahean.
Walaupun demikian sampai saat ini petani belum mendapatkan nilai tambah
yang maksimal dalam usahataninya atau dengan kata lain keuntungan usahatani
jahe masih banyak dirasakan oleh pedagang pengumpul dan para eksportir. Hal ini disebabkan karena para petani belum
menguasai teknologi budidaya yang mutakhir dan masalah mutu hasil
produksi. Dengan demikian banyak
ditemukan kegagalan dalam usahatani yang disebabkan oleh masalah hama/penyakit
terutama penyakit busuk bakteri, harga yang tidak sesuai dan hasil produksi
yang rendah.
Prospek
Pemasaran
Sebagai salah satu komoditas perkebunan yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat terutama sebagai bahan rempah-rempah dan obat-abatan
tradisional maka jahe mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik untuk
dikembangkan. Apalagi dewasa ini jahe
telah menjadi salah satu komoditas ekspor yang permintaannya cukup tinggi
dengan harga yang cukup tinggi dibandingkan dengan biaya produksi. Kendala yang ditemui oleh para eksportir
adalah pasokan jahe dari sentra-sentra produksi tidak mencukupi dibandingkan
dengan pesanan yang diterima. Adapun
negara-negara tujuan ekspor adalah Amerikan Serikar, Belanda, Uni Emirat Arab , Pakistan , Jepang, Hongkong. Bahkan Hongkong yang tidak mengembangkan
jahe juga telah mengekspor manisan jahe yang dioleh dari jahe yang diimpor dari
Indonesia .
II.
PEMBIBITAN
Tanaman jahe diperbanyak secara vegetatif dengan
menggunakan rimpang. Pemilihan bibit
disesuaikan dengan tujuan produksi.
Untuk produksi segar baik tua maupun muda hendaklah ditanam jahe
gajah. Sedangkan untuk produksi
minuman, rempah-rempah, obat tradisional dan minyak arsiri memakai jenis jahe
putih kecil dan klon jahe merah.
Bibit
hendaklah berasal dari tanaman yang baik yaitu :
-
Dari tanaman yang tua dimana tajuknya mengering umur 9
– 10 bulan.
-
Dari tanaman yang sehat terutama tidak terserang
penyakit layu bakteri, busuk rimpang dan lalat rimpang.
- Tidak memar dan kulit tidak lecet.
Bibit diambil dari potongan rimpang dengan 1 –2
mata tunas yang telah tumbuh, dengan berat 20 – 40 gram untuk jahe putih kecil
dan jahe merah sedangkan jahe gajah seberat
25 – 60 gram. Kebutuhan bibit
tiap hektar tergantung jenis dan jarak tanam, untuk jahe putih kecil dan jahe
merah membutuhkan bibit sebanyak 1- 2 ton / ha sedangkan untuk jahe gajah
membutuhkan bibit sebanyak 2 – 3 ton / ha.
Bila dipanen muda dapat ditanam lebih rapat lagi sehingga kebutuhan
bibit lebih banyak yaitu 4 – 6 ton / ha
dengan populasi tanaman sekitar 80.000 tanaman / ha.
Sebelum
ditanam bibit perlu diperlakukan sebagai berikut :
-
Bibit disimpan pada tempat yang cukup lembab dan gelap
sampai terbentuk tunas.
-
Bibit dipotong sesuai ukuran yaitu 1 –2 tunas yang
tumbuh.
-
Potongan bibit direndam dalam Agrimicin 0,1 % selama 8
jam.
Bagian bibit yang terluka dicelupkan kedalam larutan kental
abu dapur atau bisa ditambah fungisida Dithane M 45 atau Benlate.
III.
BUDIDAYA
Syarat
Tumbuh
Agar diperoleh rimpang yang gemuk berdaging,
tanaman jahe sebaiknya ditanam di tanah yang banyak mengandung bahan organik
atau humus dan drainase yang baik. Jenis
tanah yang cocok yaitu tanah andosol dan latosol merah coklat serta keasaman
tanah normal (ph : 6 – 7 ).
Tanaman jahe umumnya ditanam pada daerah tropik dan
sub tropik yang mendapat curah hujan yang agak merata sepanjang tahun dan curah
hujan yang cocok berkisar antara 1.500 – 4.000 mm / tahun. Selain itu tanaman jahe paling cocok ditanam
pada daerah yang beriklim sejuk dengan ketinggian tempat antara 500 – 1.000 m
dari permukaan laut. Walaupun demikian
jahe gajah masih dapat ditanam pada lahan yang curah hujannya kurang dari 2.500
mm, dataran rendah dan lahan gambut dengan penambahan unsur hara dan pengaturan
drainase.
Pada umumnya selama fase pertumbuhan,
tanaman jahe memrlukan intensitas sinar yang cukup tinggi, oleh karena itu jahe
lebih baik ditanam di daerah terbuka.
Walaupun demikian pada awal pertumbuhan, jahe dapat ditanam diantara
tanaman semusim seperti cabe keriting.
Penanaman
Tanah diolah sampai gembur
dengan mencangkul sedalam lebih kurang 30 cm. kemudian dibuat saluran drainase
agar air tidak tergenang. Setelah tanah
diolah kemudian diberi pupuk kandang sebanyak 20 – 30 ton / ha dan di atas
pupuk kandang diberikan pupuk SP 36 sebanyak 300 – 400 kg / ha. Untuk tanah yang kandungan liatnya tinggi
dapat diberi alas sekam sebanyak 5 ton / ha sebelum diberi pupuk kandang.
Agar diperoleh rimpang yang gemuk berdaging,
tanaman jahe sebaiknya ditanam di tanah yang banyak mengandung bahan organik
atau humus dan drainase yang baik. Jenis
tanah yang cocok yaitu tanah andosol dan latosol merah coklat serta keasaman
tanah normal (ph : 6 – 7 ).
Tanaman jahe umumnya
ditanam pada daerah tropik dan sub tropik yang mendapat curah hujan yang agak
merata sepanjang tahun dan curah hujan yang cocok berkisar antara 1.500 – 4.000
mm / tahun. Selain itu tanaman jahe
paling cocok ditanam pada daerah yang beriklim sejuk dengan ketinggian tempat
antara 500 – 1.000 m dari permukaan laut.
Walaupun demikian jahe gajah masih dapat ditanam pada lahan yang curah
hujannya kurang dari 2.500 mm, dataran rendah dan lahan gambut dengan
penambahan unsur hara dan pengaturan drainase.
Pada umumnya selama fase pertumbuhan,
tanaman jahe memrlukan intensitas sinar yang cukup tinggi, oleh karena itu jahe
lebih baik ditanam di daerah terbuka.
Walaupun demikian pada awal pertumbuhan, jahe dapat ditanam diantara
tanaman semusim seperti cabe keriting.
Pemeliharaan
Fase pemeliharaan tanaman merupakan masa yang
sangat penting dan menentukan dalam mengahasilkan produksi sesuai dengan yang
diharapkan.
Penyulaman tanaman dapat dilakukan dua atau tiga
minggu setelah tanam untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh atau
pertumbuhannya lambat. Pada waktu tiga bulan pertama tanaman jahe memerlukan
lingkungan tumbuh yang prima, untuk itu perlu dilakukan penyiangan sebulan
sekali. Bersamaan dengan penyiangan
juga dilakukan pembumbunan setelah tanaman berumur 2 – 3 bulan.
Pemupukan susulan pertama dilakukan satu bulan
setelah tanam dengan pupuk urea 400
kg / ha dan KCL sebanyak 300 kg / ha.
Pada waktu tanaman berumur tiga bulan dipupuk dengan pupuk urea sebanyak
400 kg / ha.
Serangan penyakit tanaman yang paling membahayakan adalah
layu bakteri yang sampai saat ini belum ada pestisida yang efektif mengatasi
serangannya. Oleh karena itu usaha
terbaik untuk mengatasinya dengan langkah pencegahan. Faktor yang perlu diperhatikan adalah
kondisi lahan, bibit, rotasi tanaman dan sistem drainase. Selain itu tanaman jahe dapat juga diserang
penyakit busuk rimpang, bercak daun, lalat rimpang serta nematoda.
IV.
PANEN
Tanaman jahe
umumnya dipanen tua setelah berumur 8 – 10 bulan saat kadar oleoresin optimum
ditandai dengan rasa pedas dan bau harum.
Khusus untuk jahe gajah bisanya dipanen disesuaikan dengan tujuan
pemanfaatannya. Pekebun memanen jahe
muda apabila harga sedang tinggi atau berindikasi terserang gejala
penyakit, hasilnya berkisar antara 3 – 5
ton / ha. Apabila dipelihara dengan
baik jahe gajah dapat menghasilkan 15
– 30
V.
PASCA PANEN
Setelah
dipanen jahe sesegera mungkin dijual ke pasar, penyimpanan yang kurang baik dan
terlalu lama beresiko menimbulkan penyakit pasca panen. Selain itu bila terlalu lama disimpan maka
bobot jahe akan berkurang atau susut sampai 10 %.
BUDIDAYA TANAMAN JAHE
T
|
anaman Jahe
merupakan salah satu tanaman rempah-rempah yang diperdagangkan di dunia. Jahe diekspor dalam bentuk jahe segar, jahe
kering, jahe segar olahan dam minyak atsiri.
Dengan semakin berkembangnya perusahaan jamu dalam negeri bahkan telah
melakukan ekspor kemancanegara maka peluang pengembangan jahe sebagai salah
satu bahan baku
pembuatan jamu menjadi sangat terbuka.
Berdasarkan
data stastistik perkebunan semester I tahun 1999 luas areal penanaman jahe di
Kabupaten Sukabumi sebesar 1.176,65 Ha dan umumnya ditanam pada areal
perkebunan rakyat.
JENIS TANAMAN JAHE
Tanaman
Jahe dapat dibedakan dari beberapa jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna
rimpang yaitu Jahe Putih Kecil, Jahe Putih Besar dan Jahe Merah.
-
Jahe Merah disebut juga Jahe Sunti dengan ciri-ciri
sebagai berikut : rimpangnya kecil berwarna kuning kemerahan dan seratnya
kasar, rasanya sangat pedas dan aromanya sangat tajam.
-
Jahe Putih Kecil atau jahe emprit dengan ciri-ciri
sebagai berikut : bentuknya pipih,
warnanya putih kuning, seratnya lembut dan aromanya lebih tajam dari jahe putih
besar.
-
Jahe putih Besar lebih dikenal dengan nama Jahe Badak
atau Jahe Gajah dengan ciri-ciri sebagai berikut : rimpangnya jauh lebih besar
dan ukurannya lebih gemuk tetapi aroma dan rasanya kurang tajam dibanding kedua
jenis lainnya.
TANAH DAN IKLIM
Agar
diperoleh rimpang yang gemuk berdaging, tanaman jahe sebaiknya ditanam di tanah
yang banyak mengandung bahan organik atau humus dan drainase yang baik. Jenis tanah yang cocok yaitu tanah andosol
dan latosol merah coklat serta keasaman tanah normal (ph : 6 – 7 ).
Tanaman jahe umumnya ditanam pada daerah tropik dan
sub tropik yang mendapat curah hujan yang agak merata sepanjang tahun dan curah
hujan yang cocok berkisar antara 1.500 – 4.000 mm / tahun. Selain itu tanaman jahe paling cocok ditanam
pada daerah yang beriklim sejuk dengan ketinggian tempat antara 500 – 1.000 m
dari permukaan laut. Walaupun demikian
jahe gajah masih dapat ditanam pada lahan yang curah hujannya kurang dari 2.500
mm, dataran rendah dan lahan gambut dengan penambahan unsur hara dan pengaturan
drainase.
Pada
umumnya selama fase pertumbuhan, tanaman jahe memrlukan intensitas sinar yang
cukup tinggi, oleh karena itu jahe lebih baik ditanam di daerah terbuka. Walaupun demikian pada awal pertumbuhan,
jahe dapat ditanam diantara tanaman semusim seperti cabe keriting.
PENGOLAHAN TANAH
Tanah diolah sampai gembur
dengan mencangkul sedalam lebih kurang 30 cm. kemudian dibuat saluran drainase
agar air tidak tergenang. Setelah tanah
diolah kemudian diberi pupuk kandang sebanyak 20 – 30 ton / ha dan di atas
pupuk kandang diberikan pupuk SP 36 sebanyak 300 – 400 kg / ha. Untuk tanah yang kandungan liatnya tinggi
dapat diberi alas sekam sebanyak 5 ton / ha sebelum diberi pupuk kandang.
PENYEDIAAN BIBIT
Tanaman
jahe diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan rimpang. Pemilihan bibit disesuaikan dengan tujuan
produksi. Untuk produksi segar baik
tua maupun muda hendaklah ditanam jahe gajah.
Sedangkan untuk produksi minuman, rempah-rempah, obat tradisional dan
minyak arsiri memakai jenis jahe putih kecil dan klon jahe merah.
Bibit
hendaklah berasal dari tanaman yang baik yaitu :
-
Dari tanaman yang tua dimana tajuknya mengering umur 9
– 10 bulan.
-
Dari tanaman yang sehat terutama tidak terserang
penyakit layu bakteri, busuk rimpang dan lalat rimpang.
- Tidak memar dan kulit tidak lecet.
Bibit
diambil dari potongan rimpang dengan 1 –2 mata tunas yang telah tumbuh, dengan
berat 20 – 40 gram untuk jahe putih kecil dan jahe merah sedangkan jahe gajah
seberat 25 – 60 gram. Kebutuhan bibit tiap hektar tergantung
jenis dan jarak tanam, untuk jahe putih kecil dan jahe merah membutuhkan bibit
sebanyak 1- 2 ton / ha sedangkan untuk jahe gajah membutuhkan bibit sebanyak 2
– 3 ton / ha. Bila dipanen muda dapat
ditanam lebih rapat lagi sehingga kebutuhan bibit lebih banyak yaitu 4 – 6 ton / ha dengan populasi tanaman
sekitar 80.000 tanaman / ha.
Sebelum
ditanam bibit perlu diperlakukan sebagai berikut :
-
Bibit disimpan pada tempat yang cukup lembab dan gelap
sampai terbentuk tunas.
-
Bibit dipotong sesuai ukuran yaitu 1 –2 tunas yang
tumbuh.
-
Potongan bibit direndam dalam Agrimicin 0,1 % selama 8
jam.
-
Bagian bibit yang terluka dicelupkan kedalam larutan
kental abu dapur atau bisa ditambah fungisida Dithane M 45 atau Benlate.
PENANAMAN
Penanaman dilakukan pada bedengan yang dibentuk
dengan lebar 80 – 100 cm dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan, jarak
antar bedengan 40 – 50 cm. Pada
bedengan dibuat alur sedalam 10 – 15 cm sebagai lubang tanam kemudian bibit
ditanam sedalam 3 – 5 cm dengan tunas menghadap ke atas. Setelah tanam dapat diberi mulsa jerami,
daun kelapa atau daun pisang terutama pada daerah-daerah yang penyinarannya
cukup tinggi.
PEMELIHARAAN
Fase
pemeliharaan tanaman merupakan masa yang sangat penting dan menentukan dalam
mengahasilkan produksi sesuai dengan yang diharapkan.
Penyulaman
tanaman dapat dilakukan dua atau tiga minggu setelah tanam untuk mengganti
tanaman yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya lambat. Pada waktu tiga bulan pertama tanaman jahe
memerlukan lingkungan tumbuh yang prima, untuk itu perlu dilakukan penyiangan
sebulan sekali. Bersamaan dengan
penyiangan juga dilakukan pembumbunan setelah tanaman berumur 2 – 3 bulan.
Pemupukan
susulan pertama dilakukan satu bulan setelah tanam dengan pupuk urea 400 kg / ha dan KCL sebanyak 300 kg /
ha. Pada waktu tanaman berumur tiga
bulan dipupuk dengan pupuk urea sebanyak 400 kg / ha.
Serangan penyakit tanaman yang paling membahayakan
adalah layu bakteri yang sampai saat ini belum ada pestisida yang efektif
mengatasi serangannya. Oleh karena itu
usaha terbaik untuk mengatasinya dengan langkah pencegahan. Faktor yang perlu diperhatikan adalah
kondisi lahan, bibit, rotasi tanaman dan sistem drainase. Selain itu tanaman jahe dapat juga diserang
penyakit busuk rimpang, bercak daun, lalat rimpang serta nematoda.
PANEN DAN PASCA PANEN
Tanaman jahe umumnya dipanen tua setelah berumur 8 –
10 bulan saat kadar oleoresin optimum ditandai dengan rasa pedas dan bau
harum. Khusus untuk jahe gajah bisanya
dipanen disesuaikan dengan tujuan pemanfaatannya. Pekebun memanen jahe muda apabila harga sedang
tinggi atau berindikasi terserang gejala penyakit, hasilnya berkisar antara 3 – 5 ton / ha. Apabila dipelihara dengan baik jahe gajah
dapat menghasilkan 15 – 30 ton /
ha, sedangkan jahe
merah dan jahe
emprit menghasilkan 10 – 15 ton / ha.
Setelah
dipanen jahe sesegera mungkin dijual ke pasar, penyimpanan yang kurang baik dan
terlalu lama beresiko menimbulkan penyakit pasca panen. Selain itu bila terlalu lama disimpan maka
bobot jahe akan berkurang atau susut sampai 10 %.
PELUANG PASAR
JAHE
S
|
ebagai
salah satu komoditas perkebunan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama
sebagai bahan rempah-rempah dan obat-abatan tradisional maka jahe mempunyai
prospek pemasaran yang cukup baik untuk dikembangkan. Apalagi dewasa ini jahe telah menjadi salah
satu komoditas ekspor yang permintaannya cukup tinggi dengan harga yang cukup
tinggi dibandingkan dengan biaya produksi.
Kendala yang ditemui oleh para eksportir adalah pasokan jahe dari
sentra-sentra produksi tidak mencukupi dibandingkan dengan pesanan yang
diterima. Adapun negara-negara tujuan
ekspor adalah Amerikan Serikar, Belanda, Uni Emirat Arab , Pakistan ,
Jepang, Hongkong. Bahkan Hongkong yang
tidak mengembangkan jahe juga telah mengekspor manisan jahe yang dioleh dari
jahe yang diimpor dari Indonesia .
Potensi dan
kendala.
Kabupaten
Sukabumi sebagai salah satu sentra produksi jahe di Jawa Barat sebenarnya
mempunyai peluang yang cukup besar dalam pengembangan jahe. Hal ini jika dilihat dari potensi daerah,
penyediaan sarana pertanian dan banyaknya petani yang secara rutin menanam
jahe. Sesuai dengan kesesuaian lahan
dan iklim, banyak tempat di Kabupaten Sukabumi yang cocok untuk penanaman
jahe. Begitu pula dengan sarana
pertanian yang mudah didapatkan dan terutama banyak petani yang telah
berpengalaman dalam perjahean.
Walaupun
demikian sampai saat ini petani belum mendapatkan nilai tambah yang maksimal
dalam usahataninya atau dengan kata lain keuntungan usahatani jahe masih banyak
dirasakan oleh pedagang pengumpul dan para eksportir. Hal ini disebabkan karena para petani belum
menguasai teknologi budidaya yang mutakhir dan masalah mutu hasil
produksi. Dengan demikian banyak
ditemukan kegagalan dalam usahatani yang disebabkan oleh masalah hama/penyakit
terutama penyakit busuk bakteri, harga yang tidak sesuai dan hasil produksi
yang rendah.
Pemasaran
Jahe.
Hasil
produksi jahe dipasarkan dalam bentuk rimpang segar dan jahe olahan disesuaikan
dengan permintaan pasar baik untuk pemasaran dalam negeri maupun ekspor.
Rimpang
segar.
Jahe
Olahan.
Hasil
olahan jahe ternyata lebih menguntungkan untuk dipasarkan karena harganya lebih
tinggi dibandingkan dengan jahe segar.
Jahe gajah yang dipanen muda diproses menjadi jahe asinan (salted
ginger) sebelum diekspor. Di negara
tujuan jahe asinan akan diolah kembali menjadi manisan jahe. Untuk mengolah menjadi jahe asinan harus memenuhi persyaratan umur panen 3 – 4
bulan, kondisi segar dan tidak busuk. Ukuran rimpang disesuaikan dengan bobot
yaitu L : 100 gr – 150 gr, M : 50 gr –
100 gr, S : < 50 gr.
Jahe
kecil emprit yang dipanen umur 9 bulan diolah menjadi jahe kering kemudian
diekspor sesuai dengan permintaan negara pemesan baik dalam bentuk jahe hitam
yang kulitnya belum dikupas, jahe putih yang kulitnya dikupas sama sekali dan
jahe kasar yang kulitnya rada-rada dikupas.
Kemudian jahe kering ini diolah kembali menjadi gula jahe, bubuk jahe,
minyak jahe dan oleoresin. Bubuk jahe
banyak digunakan oleh industri farmasi, makanan, minuman dan sebagai penyedap
masakan.
Begitu
pula dengan jahe merah selain dipasarkan, rimpang segarnya juga diolah menjadi
jahe kering sebagai bahan baku
untuk membuat gula jahe dan ampasnya diolah menjadi tepung jahe yang banyak
digunakan oleh industri obat-obatan.
Langkah
Strategis.
Untuk
mencapai hasil yang diinginkan dalam usahatani jahe maka perlu diperhatikan
langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Perlu diketahui kemana hasil produksi akan dipasarkan
baik menyangkut harga maupun jenis
produksi yang diinginkan oleh eksportir atau pedagang pengumpul.
2.
Benih yang berkualitas harus benar-benar dijamin
ketersediaannya dan kalau telah ada sebaiknyan digunakan benih yang bersertifikat.
3.
Pemilihan lokasi penanaman harus sesuai dengan tanaman
jahe.
4.
Penanaman harus disesuaikan dengan musim tanam.
5.
Mudah mendapatkan sarana pertanian lainnya seperti
pupuk dan pestisida.
6. Menguasai teknologi budidaya dan pengolahan
hasil produksi.
Diharapkan
dengan melaksanakan langkah-langkah strategis di atas pelaku bisnis jahe mulai
dari petani sampai tingkat ekspotir akan mendapatkan keuntungan. Eksportir akan mendapatkan bahan baku untuk ekspor dengan
jumlah yang cukup sesuai pesanan dilain pihak petani akan mendapatkan kepastian
harga dan volume produksi yang dibutuhkan sehingga tidak terjadi over produksi
yang mengakibatkan harga komoditas menjadi jatuh.
Karena
bisnis jahe memerlukan modal yang cukup besar maka hal yang tidak kalah penting
untuk dipikirkan adalah masalah permodalan baik ditingkat petani maupun pihak
pedagang pengumpul dan eksportir.
Petani jahe yang selama ini mengelola tanamannya dengan menggunakan
modal sendiri tentu tidak dapat melaksanakan semua anjuran teknis yang
diberikan baik mengenai budidaya tanaman maupun pengolahan pasca panen, begitu
pula lahan yang dapat diusahakannya sangat terbatas. Begitu pula para pedagang pengumpul dan
eksportir akan sulit memenuhi pesanan dari luar negeri maupun dalam negeri
karena keterbatasan dana dalam mengumpulkan hasil produksi petani dan mengolah
hasil dari petani menjadi produk yang sesuai dengan pesanan.
Kebijakan.
Sukabumi
sebagai sentra produksi jahe di Jawa Barat perlu terus mengembangkan komoditas
jahe dengan kemudahan kredit perbankan yang berbunga rendah, baik untuk para
petani maupun pengusaha yang berkeinginan menjadi eksportir jahe.
Oleh karena itu apabila ada kebijakan untuk
pengembangan komoditas jahe perlu disiapkan segala sesuatunya terutama
menyangkut langkah-langkah strategis yang telah disebutkan di atas sehingga
tingkat kegagalannya akan dapat diminimalkan yang berakibat pengembalian kredit
dari petani dan pengusaha komoditi jahe akan lancar dan tepat waktu. Hal ini akan menjadi terasa penting jika
dilihat dari prinsip ekonomi kerakyatan dimana semua kebijakan harus berpihak
kepada kepentingan rakyat bukan kepada segelintir orang. Begitu pula harus semaksimal mungkin dapat
mengakomodasi kegiatan masyarakat.
Masyarakat petani seperti petani tanaman pangan, pekebun, peternak
maupun nelayan yang merupakan bagian
terbesar dari rakyat perlu diberi priorotas utama. Sebagai langkah awal, diprioritaskan kepada
komoditi unggulan untuk semua subsektor bukan hanya pada subsektor tertentu
saja sehingga dapat menimbulkan perasaan ketidakadilan bagi pelaku tani yang
lain. Selanjutnya perlu diperhatikan
komoditas lain yang perlu dikembangkan karena mempunyai prospek pemasaran yang
baik terutama untuk ekspor.
No comments :
Post a Comment